Rujak Cingur Festival, Surabaya 2017 f/3.5, 1/500 sec, ISO-100, Canon 50mm STM |
Saya mempunyai ponsel keluaran 2012 beberapa waktu yang lalu. Suatu ketika, ponsel saya terendam di bak cuci baju. Sejak itu, ponsel tidak mau nyala. Saya mengganti baterei dan mengangin-anginkan pun masih tak dapat membangkitkannya dari kubur. Akhirnya dengan iringan lagu Gugur Bunga, saya menyimpannya di laci museum.
Saya agak bimbang memutuskan, "Membeli ponsel baru atau lensa 50 mm f/1.8?" Saat itu saya lagi getol-getolnya memperdalam fotografi. Dan hobi ini sama sekali tidak murah. Harga lensa memang lebih murah daripada ponsel incaran saya. Namun saya tidak akan bisa membeli dengan uang sisa dari pembelian lensa. Jadi intinya, saya harus memilih salah satu.
Apa sih yang Saya Butuhkan Dari Ponsel?
Alasan saya pertama kali membeli ponsel adalah menjadikannya sebagai alat komunikasi. Saya suka ponsel karena saat menghubungi orang, saya tidak perlu mencari wartel atau telepon umum (jaman itu masih ada, lho).
Saya juga tidak perlu menyimpan nomor-nomor ponsel teman saya yang sudah tentu berdigit panjang atau tidak perlu menuliskannya pada notes kalau punya ponsel. Ya, cuma itu. Saya tidak puas browsing dengan ponsel. Saya tidak suka fasilitas kamera ponsel yang terkadang tanggung. Bagus enggak, jelek juga enggak.
Tapi ponsel memiliki kelebihan yang portabel dan kecil. Terkadang memoto gerak cepat dengan DSLR membutuhkan "kerja banyak". Namun tidak demikian dengan pemakaian kamera ponsel. Lagipula memakai ponsel untuk memotret tidak terlalu menyolok.
Bagaimana dengan WA, Line, BBM, INSTAGRAM atau Sosmed lain?
Ya, jaman sekarang jaman sosmed. Tidak aktif di sosmed menyebabkan kurang informasi atau kurang pergaulan. Tetapi terlalu banyak juga menyebabkan kepala pusing dan tidak bisa tidur. Lho, kok? Ya iyalah, karena memikirkan di-LIKE apa tidak? Di-comment apa belum? Berapa follower? Dan lain-lain.
Saya memang membutuhkan sosmed untuk berhubungan dengan orang lain. Tapi bagi saya tidak terlalu mendesak. Andai tidak pun, saya juga tidak pusing. Saya masih mempunyai jalur-jalur lain untuk berhubungan dengan mereka. Ponsel adalah salah satu alat, bukan alat utama pergaulan. Banyak dari fungsi ponsel bisa dilakukan di komputer (kecuali upload buat instagram)
Lensa 50mm Buat Apa?
Saya membeli kamera DSLR saya sepaket dengan lensa 18-55 f/3.5-5.6. Untuk foto dokumentasi, that's okelah. Tetapi untuk foto-foto di tempat kurang cahaya, kurang afdol. Saya tidak suka lampu flash built-in. Sinar tampak nge-blok di beberapa bagian. Saya memang bisa saja membuat diffuser akal-akalan dengan plastik atau kartu nama atau lainnya. Tetapi membuat hal seperti itu setiap kali membuat foto tampak menjengkelkan.Saya bisa juga mengatasi hal tadi dengan membeli lampu external flash . Tetapi external flash mahal.
Menaikkan ISO bisa dilakukan untuk foto gelap. Tetapi terlalu tinggi ISO menyebabkan terlalu banyak granul-granul kasar pada foto. Lantas bagaimana dengan menaikkan exposure? Ya, ini bisa juga dilakukan. Namun yang saya dapat hanya foto terang, tanpa sentuhan sinar yang memuaskan.
Saya sering melakukan foto candid, sehingga saya butuh konfigurasi rata-rata yang bisa digunakan untuk berbagai medan pemotoan. Saya tidak ingin sering mengganti-ganti setting saat memoto, sebab saya sering harus bergerak cepat dalam men-shoot suatu moment. Lensa 18-55mm masih kurang memuaskan. Saya puas pada 18-55mm f/3.5-5.6 hanya pada keadaan obyek foto yang dikondisikan atau direncanakan
Keputusan Saya
Setelah menimbang positif dan negatif-nya, saya memutuskan untuk membeli lensa 50mm f/1.8 daripada ponsel. Dan sebagai alat komunikasi, saya memakai ponsel bekas Nokia C2-01 lungsuran dari seseorang saja. Cukup untuk mengirim SMS dan menelepon saja.
Dan saya puas melihat hasil dari lensa 50mm f/1.8
0 komentar:
Posting Komentar